Penggunaan teknologi blockchain yang diaplikasikan di sektor industri memudahkan perdagangan global. Apakah perangkat Radio Frequency Identification (RFID) dapat membaca data di kendaraan umum yang menggunakan jalan?
Potensi rekayasa ulang cukup menjanjikan berkaitan dengan tata kelola, model bisnis baru, dan proses operasional jika teknologi blockchain diaplikasikan untuk sektor industri.
Dengan menggunakan RFID (Radio Frequency Identification), memungkinkan kita untuk mengakses data dengan nirkabel (tanpa kabel) ke microchip, tak ubahnya seperti nomor seri. Alat RFID jauh lebih fleksibel untuk digunakan daripada menggunakan label bar kode.
Hebatnya, beberapa ratus transponder RFID dapat diidentifikasi secara simultan dengan modul pembaca tunggal, tanpa menggunakan garis penglihatan.
Transponder RFID dapat ditulis ulang yang berarti tidak seperti menggunakan kode berbentuk batang. Alat itu dapat digunakan kembali pada objek yang sama.
Lembaga pemberi standar internasional memastikan bahwa alat RFID mudah didapatkan dengan harga murah dalam beberapa tahun yang akan datang. Transponder RFID tidak terganggu karena debu atau kotoran lainnya.
Pihak pakar di Fraunhofer menyatakan, secara komprehensif mengungkapkan potensi teknologi RFID demikian besar baik dari segi pertimbangan teknis dan bisnis. Tim pakar pun merekomendasikan agar stakeholders tadak ragu menggelontorkan biaya penelitian, dan fokusnya bergantung pada kebutuhan pemesan.
Tim peneliti mengembangkan solusi yang inovatif—termasuk mengembangkan inovasi-inovasi yang pernah dilakukanh atau dibuat sebelumnya agar potensi lama dapat direkayasa ulang.
Tim pakar mengakui bahwa teknologi blockchain jarang digunakan untuk pengembangan sektor industri. Fokus pengembangan lebih ke arah layanan lembaga keuangan—seperti pengembangan teknologi finansial agar para pengelola lebih mudah beradaptasi.
Tahun-tahun belakangan ini, aplikasi teknologi finansial harus mampu menyesuaikan terhadap penggunaan mitcoin atau disebut uang venture. Prototipe hasil tim ahli menggambarkan penggunaan teknologi blockchain untuk aplikasi yang berorientasi pada industri dengan perangkat keras untuk skala kecil—seperti transaksi bisnis secara otonom di antara agen teknis.
Akan tetapi, fokus khusus dapat diterapkan dengan konsep kontrak cerdas untuk berbagai proses otomasi dan kemampuan mengeksplorasi potensi rekayasa ulang. Contohnya dua skenario use case yang bisa menjadi mesin ekonomi dengan proses pembayaran langsung di antara agen teknis pada skala mikro.
Misalnya cara kerja kendaraan cerdas: sebuah kendaraan penumpang (bus) melaju di jaringan jalan dengan mengumpulkan pulsa di zona parkir, stasiun pengisian ulang (bahan bakar), dan tempat (lokasi) penjemputan dan penurunan penumpang.
Setiap komponen pada skenario seperti ini berfungsi sebagai agen teknis yang memiliki kotak penyimpan data. Tiap kendaraan dikenakan biaya saat menggunakan jaringan jalan, dan sebaliknya kendaraan itu mendapatkan pelayanan. Kendaraan itu menghasilkan uang dari ongkos penumpang.
Contoh lain adalah kotak pengiriman dengan layanan pengisian cerdas: biasanya, pengrajin memerlukan berbagai suku cadang dan produk untuk digunakan pada kerajinan saat bekerja di lokasi pengrajin misalnya pembuat komponen otomotif.
Pengiriman suku cadang dari pemasok yang berbeda dimasukkan ke satu kotak pengiriman di setiap lokasi, akan memudahkan proses pasokan bagi para pengrajin. Pemasok pun mendapatkan keuntungan karena menggunakan satu kotak pengiriman namun dapat digunakan oleh beberapa pengrajin.
Kita dapat membangun banyak rantai pasokan yang menghubungkan para pengrajin dan konsumen. Proses pemesanan, pengiriman, dan penjemputan (barang) dapat dipetakan ke dalam smart contract sehingga terjadi otomatisasi transaksi bisnis dengan biaya efisien. (Bahan diolah dari Fraunhofer FIT)