Technical Infrastructure, WATER-TECH

Air dari PAM dan Sumur atau Air Isi Ulang Apakah Higenis?

ShareAir dari PAM dan sumur atau air isi ulang apakah higenis? Untuk menjawab pertanyaan ini, para peneliti menangani proyek Protecting the supply...

Written by Jurnalis Industri · 3 min read >
Air dari PAM dan Sumur atau Air Isi Ulang

Air dari PAM dan sumur atau air isi ulang apakah higenis? Untuk menjawab pertanyaan ini, para peneliti menangani proyek Protecting the supply of drinking water with regard to CBRN scenario . Bagaimana Arab Saudi membangun saluran air  sepanjang 340 km ke kota Jeddah, Ta’if, dan Mekkah?

Air dari PAM dan Sumur atau Air Isi Ulang
Pembangunan pipa air sepanjang 340 km di Kerajaan Arab Saudi yang dibantu tim ahli Fraunhofer. Air dari PAM dan sumur atau air isi ulang apakah higenis (Sumber foto: www.ilf.com/references/shoaiba-phase-3-water-transmission-system/)

Pastikan bahwa jaringan ekstensif pipa yang mengalirkan air ke rumah haruslah  bersih dan higenis. Demikian juga air yang kita sedot melalui sumur atau mesin pompa. Bagaimana dengan air isi ulang, apakah bersih?

Sebaiknya kita perisakan kualitas air yang akan kita pakai sehari-hari. Air demikian vital dalam kehidupan. Sebagian masyarakat mendapatkan air kebutuhan dari Perusahaan Air Minum (PAM) yang biasanya dikelola oleh pemerintah daerah. Kualitas air isi ulang pun harus kita cek.

Bagaimana manajemen PAM melindungi dan merawat fasilitas atau infrastruktur yang mereka miliki? Sebaiknya, kita menyimak cara yang dilakukan oleh para ahli di Jerman.

Tim ahli membuat cara untuk melindungi infrastruktur ekstensif yang potensial terhadap dampak proses kimiawi (industri), biologis atau kecelakaan yang ditimbulkan radioaktif dan pencemaran terhadap sumber air.

Tim ahli Fraunhofer Institute for Innovation Research ISI dan IOSB memfokuskan penelitian dengan tajuk Protecting the supply of drinking water with regard to CBRN scenario (STATuS). Hasil temuan tim ahli  disimpulkan dengan Risk Management for Drinking Water Supplies.

Hasil temuan tim peneliti itu dijadikan sebagai petunjuk atau panduan bagi semua pihak. Sama seperti di Indonesia, demikian mudah mendapatkan sumber air minum yang memadai di Jerman.

Seperti penggunaan air hujan yang melimpah. Akan tetapi, banyak negara yang menderita kekurangan air minum lebih-lebih di negara yang musim kemarau sangat panjang atau jarang hujan.

Kekurangan sumber air minum diperkirakan tidak berubah hingga tahun 2050. Bagaimana cara mengantisipasi agar lebih dari 40 persen populasi dunia dapat bertahan hidup di area yang kekurangan (bahkan langka) air minum?

Sebetulnya, di daerah gersang dengan sebagian kecil atau tidak ada sama sekali sumber air di permukaan atau di dalam tanah, kita masih dapat menampung sejumlah air yang cukup dari udara.

Berkerja sama dengan University of Stuttgart dan pelaku industri kecil dan menengah, para peneliti Fraunhofer IGB berhasil menarik kelembaban udara sebagai salah satu sumber air—semacam hujan buatan.

Peneliti menggabungkan teknik absorbsi dan desorbsi. Larutan garam konsentrasi tinggi menyerap kelembaban dari udara. Kelembaban itu kemudian didesorbsi dari larutan garam yang diencerkan dengan proses evaporasi vakum yang mengatur ulang konsentrasi air asin itu.

Setelah uap air terkondensasi, dapat digunakan sebagai sumber air minum.

“Dengan dikerjakan di bawah kondisi vakum, tim ahli menurunkan suhu saat uap air terbentuk. Kolektor termal solar yang sederhana menyediakan tenaga yang dibutuhkan,” tutur Mike Blicker salah seorang ahli Fraunhofer IGB.

Larutan garam terkonsentrasi kemudian siap untuk mengikat lebih banyak air dari udara. “Proses ini merupakan jalan untuk mengekstrak secara berkelanjutan air minum dari udara di fasilitas terbatas, tunggal, yang penting di daerah gersang dan semi kering karena kota terletak dan sering didominasi infrastruktur buruk,” Blicker menjelaskan.

Ide tadi kedengarannya baik, apakah prosesnya berjalan baik di luar laboratorium? Ya ini berjalan di luar lab, para peneliti membangun rencana demonstrasi yang mengantarkan air ke  kondisi nyata.

Bagaimana mengoptimalkan rencana untuk operasi kontinyu dan mengerjakannya dengan partner untuk membuat proyek itu siap dipasarkan ke dunia—terutama ke negara-negara yang sumber airnya sangat terbatas?

Pertanyaan di atas terjawab ketika Kerajaan Saudi Arabia menambah investasi pembangunan proyek desalinasi agar warga negeri  itu mendapatkan cukup air. Sebuah proyek bernama Shoaiba 3 Water Transmission dengan pipa jaringan panjang dan cakupannya luas mengalirkan air dari pantai hingga pedalaman kota.

Proyek itu memiliki 5 stasiun pemompaan, 3 reservoir, dan 340 kilometer panjang saluran pipa yang mengalirkan air dari bangunan desalinasi ke kota Jeddah, Ta’if, dan Mekkah.  Para ilmuwan di Advanced System Technology AST cabang IOSB di Ilmenau (Jerman) juga membabtu pengerjaan proyek itu.

Bekerja sama dengan grup ABB—sebuah perusahaan energi dan teknologi automasi—menciptakan pendeteksi kebocoran dan sistem simulasi. Dengan kombinasi teknologi proses kontrol yang modern, sistem dapat menjaga jaringan suplai air tanpa kebocoran.

Teknologi ini menggunakan perangkat  HydroDyn buatan Fraunhofer. Perangkat lunak itu juga digunakan pada proyek yang mensimulasi operasi saluran pipa. Perangkat software membuat optimalisasi koordinasi antara operasi pump dan pengisian reservoir menjadi mungkin.

Program ini secara langsung tersambung dengan sistem kontrol proses ABB dan menyediakan perbandingan online antara nilai yang disimulasi dan yang diukur.

Hal ini membantu mendeteksi potensi kerusakan pada infrastruktur saluran pipa agar mampu meminimalisir kehilangan air saat disalurkan melalui pipa ratusan kilometer.

Para peneliti Fraunhofer mengerjakan sebuah fasilitas purifikasi air minum. Tujuannya adalah untuk menciptakan sistem ringan yang dapat diintegrasikan ke kontainer pengiriman standar.

“Ukuran fleksibel sistem berarti dapat menghasilkan 100 sampai 2000 liter air minum per jam,” kata Buren Scharaw satu ahli Fraunhofer AST.

Sel surya atau turbin angin memberikan elektrisitas yang dibutuhkan. Sistem ini dapat bertahan dalam suhu ekstrim dari -20o hingga +50o Celsius.

Proyek ini mampu beroperasi di kawasan yang banyak debu dan badai pasir, namun air tetap bersih. Air dari PAM dan sumur atau air isi ulang apakah higenis (Bahan diolah dari Water a vital resources tulisan Birgit Niesing, Fraunhofer)

 

 

 

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *